.jpg)
KPU Kediri Hadiri Launching Rumah Moderasi Beragama dan Pusat Studi Pancasila IAIN Kediri
Kediri, kab-kediri.kpu.go.id - Senin (22/06/2022) Pukul 13.00 WIB. Divisi Sosdiklih, Parmas, dan SDM KPU Kabupaten Kediri Nanang Qosim menghadiri Seminar Penguatan Ideologi Pancasila dan Moderasi Beragama yang digelar Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri.
Acara ini juga digelar guna melaunching Rumah Moderasi Beragama dan Pusat Studi Pancasila yang dibentuk IAIN Kediri. Kegiatan ini turut mengundang pula KPU, Bawaslu Kabupaten/Kota Kediri, Walikota Kediri, Bupati Kediri, DPRD Kediri, Kejaksaan, Pengadilan, & Civitas Akademika Universitas IAIN Kediri serta menghadirkan pembicara Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi.
Wahidul Anam, Rektor IAIN dalam sambutannya menyampaikan "Peresmian Pusat Studi Pancasila oleh Kepala BPIP tentunya menjadi agenda yang sangat penting dan sangat kita syukuri," kata Anam.
Anam mengatakan Pusat Studi Pancasila menjadi rumah bersama untuk menerapkan nilai-nilai Pancasila dan keumatan. Selain itu, juga soal nilai keadilan, keIndonesiaan, dan musyawarah tidak hanya tekstual tetapi juga kontekstual.
"Pusat Studi Pancasila IAIN Kediri memiliki visi mewujudkan manusia yang cinta Pancasila dan Tanah Air. Sedangkan misinya melaksanakan pendidikan berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan kegiatan penelitian serta menyebarkan hasil penelitian tentang nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara," jelasnya.
Memasuki sesi narasumber, Kepala BPIP Yudian Wahyudi mengungkapkan signifikansi epistemologi dan politik konsep sunnah versus bid'ah, ijtihad versus taqlid dan jabariah (determinisme) versus qadariah (indeterminisme).
Yudian juga menjelaskan bagaimana kaum Wahabi menjadikan slogan “Kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah” sebagai kendaraan menuju pusat kekuasaan.
“Oleh karena itu Pusat Studi Pancasila merasa penting untuk dijadikan sebagai karya monumental, agar generasi muda Muslim lebih terbuka dalam memahami Al Qur’an dan Sunnah. Tidak terjebak pada pemahaman yang tekstual dan literal,” ungkapnya.
Menurutnya, pemahaman yang seperti ini hanya akan memicu konflik antar Muslim dan tidak membawa kemajuan umat Muslim sendiri dan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang besar dan majemuk.
Yudian juga menilai jika hal ini diterus-teruskan tanpa adanya Pusat Studi Pancasila umat Islam hanya bisa menempati posisi sebagai kaum pinggiran yang memimpikan kekuasaan yang tidak pernah tercapai. Tidak bisa menempati posisi-posisi strategis untuk turut serta memajukan bangsa dan negaranya dimana tinggal, karena keilmuan yang tertinggal jauh dari kemajuan peradaban. (pnj)